membahas, merawat, memperbaiki dan memberikan solusi kerusakan sepeda motor

Perawatan Radiator Bagi Pengguna Motor, Hindari Banjir


Otodoc.id - Bagi anda pengguna kendaraan sepeda motor, khususnya yang bertempat tinggal di daerah banjir anda harus sering-sering memperhatikan radiator kendaraan anda. Perawatan radiator sangat perlu dilakukan untuk mendukung performa mesin moncer. Apalagi sepeda motor yang letak radiatornya terbuka sehingga rawan kotor atau rusak.

Di motor sendiri, posisi radiator berbeda-beda. Di motor matic, radiator berada di samping bawah motor. Dari posisi ini, tentu rawan sekali kotor atau rusak karena kena kerikil, debu, kotoran, dan lain-lain.

Tapi, menurut pemilik bengkel Vidici Tire Shop, Depok, Ucok Marbun, perawatan radiator baik di motor matic, bebek, atau sport, sama saja. Intinya, selalu pastikan radiator tidak ada kebocoran dan jaga kebersihan dari radiator itu sendiri.



"Kalau ada kebocoran coba periksa tutup radiatornya. Lihat apakah per di penutup radiator ada yang karatan atau tidak. Bila ditemui karat, segera ganti. Karena itu berpengaruh dengan pressure ketahanan air yang ada didalam radiator," katanya, di Vidici Tire Shop, Jalan H. Asnawi No. 23, Beji, Depok, Kamis (5/4).

Ia menambahkan, dalam menjaga kebersihan, pastikan radiator bebas dari kotoran yang menempel, terlebih sehabis menerobos banjir.

"Khususnya untuk motor matic karena posisinya ada di bawah. Biasanya kalau sehabis terobos banjir, ada sampah-sampah yang bisa menyangkut di kisi-kisi radiator. Ini perlu dibersihkan, kalau tidak, takutnya sampah tersebut akan menghambat panas yang keluar dari radiator. Otomatis, radiator tidak bekerja maksimal, ujung-ujungnya mesin akan cepat panas," lanjutnya.

Untuk radiator sendiri, Ucok menjelaskan bahwa bila motor sehabis jatuh atau kecelakaan dan kisi-kisinya rusak lebih dari 50 persen, pemilik bengkel ini menyarankan agar segera mengganti dengan radiator yang baru. Untuk air radiator sendiri, dalam pergantiannya bisa melihat dari manual book kendaraan masing-masing.
"Coba cek di manual book motor masing-masing kapan waktu pergantian air radiator. Tiap motor berbeda-beda. Ada yang dari 15 ribu, 20 ribu, sampai 25 ribu kilometer (km). Tapi ingat, dalam mengganti air radiator, mesin harus dalam kondisi dingin. Kalau tidak, saat mesin lagi panas dan kita buka radiatornya, air akan muncrat. Itu alasan kenapa tidak boleh," terangnya.
Menghadapi kondisi darurat, Ucok menyarankan mengganti air radiator dengan air biasa. Namun, untuk pemakaian harian atau jangka panjang, ia memberi saran untuk memakai air coolant yang kandungannya lebih baik dari air biasa.
"Untuk emergency boleh lah pakai air biasa. Untuk harian saya sarankan jangan. Kalau memakai air biasa, dia bisa mendatangkan karat atau korosif," katanya.
Bukan itu saja karena bila mengganti dengan air tanah atau air sumur, tentu unsur-unsur tanahnya masih ada.
Terlebih kalau memakai air toren, bisa saja masih ada lumut di air tersebut. Jadi lumut akan masuk ke radiator dan itu akan menghambat peredaran air lancar atau tidaknya di dalam radiator sendiri. Akibatnya, performa radiator tidak akan bekerja sebagaimana mestinya. Notabenenya, efeknya akan ke mesin," bebernya panjang lebar.
Untuk tabung cadangan air radiator atau reservoir tank, Ucok mengatakan bahwa pengisiannya tidak boleh melewati batas minimum (lower) dan maksimum (upper). Bila melewati, tentu akan terjadi kerusakan.
"Yang namanya cairan di otomotif itu tidak boleh overload. Kalau minimum, di saat sistem radiator kering, tentunya air yang di reservoir tank yang akan dipakai. Kalau kepenuhan, tentu penguapannya akan mengurangi kerja dari radiator. Jadinya akan menghambat atau mengurangi performa dari radiator yang dipakai. Karena itu sesuai dengan batasnya saja," imbuhnya.
Bila terus menerus mengisi air di reservoir tank dengan kurang dari batas lower atau lebih dari batas upper, maka bisa menyebabkan overheat, terlebih di mobil bisa menjadi kerusakan pada mesin.
"Akibatnya akan terjadi overheating. Tapi kalau di mobil, bila mesin sudah overheat, komputer akan memberi sinyal ke aki untuk mematikan mesin. Artinya mogok. Kalau tidak ada fitur seperti itu, head cylinder-nya bisa melengkung. Otomatis, biaya yang dikeluarkan akan besar. Cuma karena hal sepele, impact-nya tidak sepele," tutupnya.

Tag : Motor, Tips
Back To Top